All About My Molly















Tuhan Tolong.....


Ujian apa lagi ini Tuhan? Aku tak mampu melihat sinar terang kedua orang tua ku lagi. Mereka terlihat sangat redup. Entah amarah apa yng menutupi mereka, apakah karena aku? Aku hanya meminta mereka untuk mengerti aku saja. Mengerti apapun yang aku lakukan dengan menganggap aku telah dewasa. Aku sudah 21 tahun! Bahkan tinggal menghitung hari saja usiaku genap 22 tahun. Tapi mengapa mereka tak pernah menganggapku dewasa, tak seperti orang tua pada umumnya. Apakah karena sikapku? Tuhan, hanya Kau yang tau, bahwa manusia tidak ada yang sama. Aku pun begini Tuhan. Aku adalah aku, aku pun akan sangat sakit jika dibandingkan dengan anak-anak teman kedua orang tuaku. Aku mau berubah Tuhan! Aku lelah jika masih harus mengikuti aturan kedua orang tuaku yang terlalu membelengguku. Bahkan untuk urusan hati pun, harus mereka yang memilihkan untukku. Hatiku hanya untukku kan...??!!! tolong jangan campuri urusan hatiku, karena aku akan amat sangat kesakitan jika ini terus terjadi. Aku mohon, untuk kali ini saja ijinkan aku mencari apa yang aku mau, apa yang bisa membuat hatiku merasa nyaman. Sering sekali aku merasa aku tak tinggal dirumahku sendiri. Kenapa?? Karena aku sering tak merasa nyaman, aku sering ketakutan, aku sering tak bisa bergerak. Aku selalu berusaha menganggap kedua orang tuaku adalah temanku, yang mampu diajak bicara dengan santai, yang mampu diajak bertukar pikiran, tapi aku tak pernah mampu. Aku selalu merasa jarak antara kita. Aku selalu ketakutan ketika aku ingin mengatakan kejujuran. Lalu, apa gunanya berkata jujur jika hanya bisa membuatku ketakutan dan selalu was-was? Aku tak pernah ingin berbohong Tuhan, aku tak pernah mau menjadi anak yang durhaka. Keinginan terbesarku adalah aku sangat ingin sekali membahagiakan kedua orang tuaku sebelum aku menikah nantinya, apa aku salah? Kenapa keadaan selalu membuatku menjadi anak yang tak berbakti? Aku selalu perang pendapat dengan bapak. Aku selalu mengumpat dibelakang bapak ketika Beliau mulai egois. Selalu ada jawaban dari mulutku ketika ibu hendak menasihatiku. Dan aku selalu berbohong ketika hendak bertemu lelakiku, Achmad Irawan. Dosa besar aku Tuhan!! Aku sangat mencintai keduanya Tuhan, dan aku menyayangi lelakiku. Tuhan, bantu aku. Bantu aku menyadarkan bapak, membuatnya menyadari bahwa Kau ada. Membuatnya selalu mengingatmu. Bantu aku agar hubungan kami, aku dan lelakiku, dapat berjalan dengan lancar. Jauhkan semua hambatan-hambatan yang akan datang. Apa aku salah menyayangi orang yang pendidikan dan ekonominya dibawahku? Bukankah Kau menciptakan perbedaan agar manusia dapat menyatukan semua perbedaan? Tapi kenapa justru perbedaan yang sering menjadi jurang kehancuran? Aku tak mau ini terjadi padaku Tuhan. Aku selalu yakin, seorang Achmad Irawan datang padaku karena petunjuk Mu. Karena tuntunan Mu. Aku menyayanginya Tuhan. Karena aku yakin dia, Achmad Irawan, seseorang yang berhati besar.